Gunung Sinabung, Gunung Indah Yang Mematikan

Gunung Sinabung Meletus

Halo sahabat Jelajah Saya,

Gunung Sinabung merupakan adalah gunung api aktif yang memiliki tinggi 2460 mdpl. Gunung ini merupakan salah satu gunung paling aktif di Indonesia. 

Sebenarnya Gunung Sinabung sebelum meletus pertama kali di tahun 2010 merupakan salah satu Gunung favorit untuk pendaki dan pencinta alam.

Setelah meletus ditahun 2010, status gunung Sinabung hampir selalu dilevel siaga dan awas. Ini membuat para pendaki maupun pencinta alam memiliki akses terbatas ke gunung ini.

Selama perjalanan author yang berkeinginan mendaki gunung ini, author memiliki banyak kendala. Salah satunya pembatasan akses masuk serta perjalanan sulit ke tempat wisata ini. Pada akhirnya author tidak dapat mendaki di Gunung Sinabung karena masalah keamanan.

Gunung Sinabung

Gunung Sinabung awalnya tidak sangka akan meletus. Masyarakat karo menyangka bahwa yang akan meletus adalah Gunung Sibayak. Karena Gunung Sibayak pernah meletus tahun 1881.

Walaupun sebenarnya gunung Sinabung pernah juga meletus sekitar 800 tahun yang lalu. Itu berarti gunung ini tidak pernah meletus sejak tahun 1600.

Gunung Sinabung memiliki kawah yang sangat indah. Kawah ini pernah diabadikan oleh seorang pendaki asing. Berikut foto kawahnya

Kawah Sinabung pada tahun 1920. Foto oleh COLLECTIE TROPENMUSEUM Het kratermeer van de vulkaan Sinaboen Karolanden Sumatra`s Oostkust TMnr

Selain itu dibawah Kaki Gunung Sinabung terdapat objek wisata lain yaitu Danau Lau Kawar. Danau ini merupakan danau merupakan danau yang sangat indah tidak kalah dengan dengan  Danau Toba.

Baca tentang Danau Lau Kawar  : 
LauKawar, Bagaimana Nasibnya Kini ?

Kembalinya Danau Indah Lau Kawar

Bagi para pendaki yang ingin mendaki Gunung Sinabung tampaknya harus bersabar. Karena saat ini tahun 2018, status Gunung Sinabung masih dalam level awas dan siaga. Sehingga akses untuk ke gunung ini benar-benar dibatasi.

Mudah-mudahan Kita bisa kembali menikmati keindahan Gunung Sinabung.

                                                            ©Jelajah Saya